PEMBENTUKAN BATUAN
Pembentukan berbagai macam mineral di
alam akan menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut
bisa berbeda-beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma
akan membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan sedimen bisa terbentuk karena
berbagai proses alamiah, seperti proses penghancuran atau disintegrasi batuan,
pelapukan kimia, proses kimiawi dan organis serta proses penguapan/ evaporasi.
Letusan gunung api sendiri dapat menghasilkan batuan piroklastik. Batuan
metamorf terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu
kemudian mengalami peningkatan temperature atau tekanan yang cukup tinggi,
namun peningkatan temperature itu sendiri maksimal di bawah temperature
magma.
SIKLUS BATUAN
BATUAN BEKU
Magma dapat mendingin dan membeku di
bawah atau di atas permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi,
terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan
beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan,
bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan
beku luar atau batuan beku ekstrusif.
BATUAN BEKU DALAM
Magma yang membeku di bawah permukaan
bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun), memungkinkan
tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh
batuan beku intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat
menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada
batuan di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk batuan beku yang memotong
struktur batuan di sekitarnya disebut diskordan, termasuk di dalamnya adalah
batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik.
Batholit, merupakan tubuh batuan beku
dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong
lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan
massa dari
sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini
mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai
lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika
dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara
20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan,
karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit
dapat mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat
tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan
yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih
padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap
fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua
magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang
berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
Stock, seperti batolit, bentuknya
tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak
lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian
atas batholit.
Dyke, disebut juga gang, merupakan
salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil.
Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong
struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung
api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan
yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang
lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan
struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill,
lakolit dan lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang
konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk
tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang
membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung
atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip
dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya
endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
Lopolit, bentuknya mirip dengan
lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai
berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan
pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur
digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik.
BATUAN BEKU LUAR
Magma yang mencapai permukaan bumi,
keluar melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi,
mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif. Keluarnya magma di
permukaan bumi melalui rekahan disebut sebagai fissure eruption. Pada umumnya
magma basaltis yang viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya,
menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi yang keluar
melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral. Magma dapat
mengalir melaui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur ke atas bersama
gas-gas sebagai piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis
tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.
Apabila magma membeku di bawah
permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena
pembentukannya di bawah tekanan air.
Dalam klasifikasi batuan beku batuan
beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan beku afanitik.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
Pengelompokan atau klasifikasi batuan
beku secara sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya.
Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh sejarah pendinginan magma,
sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsure kimia magma induk
dan lingkungan krsitalisasinya.
Tekstur Batuan Beku
Beberapa tekstur batuan beku yang umum
adalah:
1. Gelas
(Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)
2. Afanitik
(fine grained texture), bebrutir sangat halus à hanya dapat dilihat dengan mikroskop
3. Fanerik
(coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga komponen mineral
pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
4. Porfiritik,
merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran antara butiran-butian
kasar di dalam massa
dengan butiran-butiran yang lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative
sempurna disebut Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut
massadasar.
Secara ringkas, klasifikasi batuan beku
dapat dinyatakan sebagai berikut:
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang
secara genetis terebntuk oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya
serta perubahan tekstru dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan
temperature (T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam
pembentukan batuan metamorf adalah:
· Terjadi dalam suasana padat
· Bersifat isokimia
· Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas
metamorfosa
· Terbentuknya
tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua
factor utama yaitu Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma
adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan
oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial
sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress).
Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kima
yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan
pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi
tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.
Jenis-jenis metamorfosa adalah:
Metamorfosa kontak à dominan pengaruh suhu
Metamorfosa dinamik à dominan pengaruh tekanan
Metamorfosa Regional à kedua-duanya (P dan T) berpengaruh
Fasies metamorfosis dicirikan oleh
mineral atau himpunan mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu.
Mineral-mineral itu disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh
mineral index antara lain:
· Staurolite: intermediate à high-grade metamorphism
· Actinolite: low à intermediate metamorphism
· Kyanite: intermediate à high-grade
· Silimanite: high grade metamorphism
· Zeolite: low grade metamorphism
· Epidote:
contact metamorphism
Pada prinsipnya batuan metamorfosa
diklasifikasikan berdasarkan struktur. Struktur foliasi terjadi akibat
orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak memperlihatkan
orientasi mineral. Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan segregasi
mineral-mineral pada batuan metamorf yang inequigranular.
Batuan metamorf befoliasi membentuk
urutan berdasarkan besar butir dan atau berdasarkan perkembangan foliasi.
Urut-urutannya adalah: slate à
phyllite à
schist à
gneiss. Selain menunjukkan besar butir dan derajat foliasi
urut-urutan ini juga menunjukkan kandungan mika yang semakin banyak dari kiri
ke kanan. Salah satu ciri khas batuan metamorf yang dapat teridentifikasi
adalah kenampakkan kilap mika.
Sedangkan, untuk batuan metamorf
non-foliasi contohnya adalah marmer, kuarsit dan hornfels.
Sementara itu, untuk tekstur mineral
pada batuan metamorfosa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
· Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya
mineral mika (muskovit, biotit)
· Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya
mineral plagioklas, k-felspar, piroksen
· Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral
granular (equidimensional), dengan batas-batas sutura (tidak teratur), dengan
bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
· Tekstur
Homeoblastik : bila terdiri
dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja.
· Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya
lepidoblastik dan granoblastik
BATUAN PIROKLASTIK
Berdasarkan kata pembentuknya:
Pyro à pijar
Klastik
à fragmen
Dapat disimpulkan bahwa batuan
piroklastik adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil langsung
letusan gunung api (direct blast) yang kemudian terendapkan pada permukaan
sesuai dengan keadaan permukaannya (endapan piroklastik) dan lalu mengalami
litifikasi untuk menjadi batuan piroklastik.
Mekanisme pengendapan piroklast adalah
sebagai berikut:
· Pyroclastic
Flow Deposits
Macam :
- block & ash flows
-scoria flows
-pumice / ash flows
Distribusi / penyebaran : di lembah / depresi; struktur :
perlapisan (graded bedding, paralel laminasi); tekstur : sortasi buruk, terdiri
dari kristal, litik, dan gelas (pumis); bagian bawah : pyroclastic surge
deposits
· Pyroclastic Fall Deposits
· Pyroclastic
Surge Deposits
Partikel, gas dan air vulkanik konsentrasi rendah yang
mengalir dalam mekanisme turbulensi sebagai sebuah gravity flow (runtuhan).
Macam-macamnya adalah base, ground dan ash cloud. Strukturnya cross-bedding
dengan sortasi yang buruk.
Klasifikasi batuan piroklastik
berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)
Ukuran
|
Piroklas
|
Endapan piroklastik
|
|
Tefra (tak
terkonsolidasi)
|
Batuanpiroklastik
(terkonsolidasi)
|
||
> 64 mm
|
Bom, blok
|
Lapisan bom / blok
Tefra bom atau blok
|
Aglomerat, breksi piroklastik
|
2 – 64 mm
|
lapili
|
Lapisan lapili atau
Tefra lapili
|
Batulapili (lapillistone)
|
1/16 – 2 mm
|
Abu/debu kasar
|
Abu kasar
|
Tuf kasar
|
< 1/16 mm
|
Abu/debu halus
|
Abu/debu halus
|
tuf halus
|
Berdasarkan terbentuknya, fragmen
piroklast dapat dibagi menjadi:
· Juvenile pyroclasts
: hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen gelas, kristal
pirojenik)
· Cognate pyroclasts
: fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang sama)
· Accidental
pyroclasts : fragmen
batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
Fragmen:
1. Gelas/
Amorf
2. Litik
3. Kristalin
MINERAL-MINERAL ALTERASI
Alterasi = Metasomatisme
Merupakan perubahan komposisi
mineralogy batuan (dalam keadaan padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang
tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung,
kuarsa, oksida atau sulfida logam.
Proses alterasi merupakan peristiwa
sekunder, tidak selayaknya metamorfisme yang merupakan peristiwa primer.
Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada
struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air meteoric untuk dapat mengubah
komposisi mineralogy batuan.
Beberapa contoh mineral alterasi antara
lain:
· Kalkopirit
· Pirit
· Limonit
· Garnierit
· Epidote
· Malakit
· Khlorit
· Orphiment
· Realgar
· Galena
BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf
yang tertransport dan terendapkan kemudian terlithifikasi.
Batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3
golongan:
1. Batuan
sedimen klastik à
terbentuk dari fragmen batuan lain ataupun mineral
2. Batuan
sedimen kimiawi à
terbentuk karena penguapan, evaporasi
3. Batuan sedimen
organic à
terbentuk dari sisa-sisa kehidupan hewan/ tumbuhan
Klasifikasi batuan sedimen klastik
adalah berdasarkan besar butirnya, oleh karenanya digunakan skala Wentworth.
Sedangkan untuk klasifikasi batuan sedimen kimiawi dilakukan berdasarkan
matriks maupun fragmennya dengan klasifikasi dari Dunham, Embry-Klovan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar