Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Selasa, 13 November 2012

Si Bodoh Tongtonge



Si Bodoh Tongtonge

anak bodohTongtonge adalah seorang anak remaja yang lugu. Ia tidak pernah sekolah. Sejak kecil ia hidup bersama ayahnya berpindah-pindah dari satu ladang ke ladang yang lain. Ia tak pandai bekerja di sawah, apalagi di sawah yang selalu berlumpur. Lumpur bisa merusak kaki. Itu alasannya. Oleh karena itu, ia tidak suka tinggal di kampungnya. Ia memilih tinggal di ladang yang semakin lama semakin jauh dari kampungnya. Sesekali ia pulang menjenguk ibunya yang sudah tua dan kurang pendengarannya.
Pada suatu hari, Tongtonge berhasil membuat “bubu” (alat menangkap ikan). Bubu itu disimpannya di dekat pagar ladangnya. Karena sibuknya membenahi ladangnya, ia tidak sempat ke sungai menangkap ikan dengan bubunya.
Suatu hari, Tongtonge ingin menangkap ikan di sungai. Kemudian, ia menuju tempat penyimpanan di mana bubunya. Ternyata bubu itu telah habis dimakan anai-anai. Dengan nada marah, ia berkata, “Simpan bubu dekat Pagar, bubu dimakan anai-anai, maka anai-anailah yang saya ambil”. Dengan berkata demikian, maka dikumpulkanlah semua anai-anai yang ada di situ. Anai-anai itu dibungkus dan dibawa menjenguk ibunya di kampung. Sampai di suatu tempat ia beristirahat sejenak.
Karena kelelahan ia tertidur. Pada saat terbangun, ia segera mengambil bungkusannya yang berisi anai-anai itu. Tetapi anai-anai itu telah habis dimakan ayam. la pun berkatalah, “Bubu dimakan anai-anai, anai-anai dimakan ayam, maka ayamlah yang saya ambil.” Sambil berkata demikian, ia menangkap ayam yang memakan anai-anai tersebut. Ayam itu lalu dibawanya melanjutkan perjalanan. Sesampai di suatu pemukiman penduduk, ia berhenti. Ayam itu dikepitnya kemana pun ia pergi. Melihat tingkah laku yang aneh itu, salah seorang penduduk menegurnya, “Tongtonge, titipkan ayammu kepadaku, sementara engkau makan dan beristirahat.”
“Terima kasih, tetapi hati-hati jangan sampai ayamku mati”.
“Jangan khawatir, nanti kalau ayammu mati saya ganti”.
Tak lama kemudian apa yang dikhawatirkan Tongtonge pun terjadi. Ayamnya mati terlimpa alu penumbuk padi. Lalu, berkatalah si penumbuk padi, “Maaf Tongtonge ayammu mati tertimpa alu. Nanti akan saya ganti dengan ayamku.
Tongtonge menjawab, “Oh tidak, itu tidak adil. Jika ayamku mati tertimpa alu, maka alu itulah sebagai gantinya”. Lalu ia bergumam, “Bubu dimakan anai-anai, anai-anai dimakan ayam, ayam mati terlimpa alu, maka alulah yang saya ambil”.
Setelah bergumam demikian, maka Tongtonge melanjutkan perjalanan dengan memikul alu.
Kampungnya masih jauh. Di tengah jalan, ia ditegur seorang penggembala sapi, “Hai anak muda bolehkah Saya meminjam alumu untuk saya jadikan palang pintu kandang sapi-sapi saya.
“Boleh, tetapi harus hati-hati jangan sampai patah”.
“Kalau hanya itu saja syaratnya, kau boleh ambil salah satu dari seratus sapiku ini”.
Mereka telah bersepakat. Tongtonge ikut membantu memasang alu itu sebagai palang pintu. Tidak lama kemudian, seekor sapi yang cukup besar lari dengan kencang menabrak palang pintu tersebut. Apa yang dikhawatirkan pun terjadi. Alu itu patah. Tongtonge pun berkata,
“Bubu dimakan anai-anai, anai-anai dimakan ayam, ayam tertimpa alu, alu patah karena sapi, maka sapilah yang saya ambil”.
Selesai berkata demikian, Tongtonge langsung menangkap sapi yang mematahkan alunya, kemudian dituntunnya melanjutkan perjalanan menuju kampungnya. Siang itu, hari cukup terik. Kampung yang dituju masih jauh. Maka Tongtonge pun beristirahat lagi. Sapinya ditambatkan di bawah pohon nangka yang rindang. Bau nangka masak tercium olehnya. Lalu, ia memanjat pohon nangka dan memetik yang telah masak. Pohon itu ridak ada yang punya, karena tidak terletak di dalam pagar. Ia makan dengan lahapnya buah nangka yang ternyata sangat manis. Karena kekenyangan, ia tertidur. Sementara tertidur, angin bertiup agak kencang. Banyak buah nangka masak yang jatuh. Sebuah nangka yang cukup besar jatuh, menimpa sapi yang tertambat di bawahnya. Sapi itu mati seketika.
Tongtonge bergumam pula, “Simpan bubu dekat pagar, bubu dimakan anai-anai, anai-anai dimakan ayam, ayam mati tertimpa alu, alu patah oleh sapi, sapi mati tertimpa nangka, maka nangkalah yang saya ambil”.
Setelah itu, Tongtonge memungut nangka Yang menimpa sapinya, lalu melanjutkan perjalanan. Karena nangka itu cukup berat, ia perlu beristirahat. Sampailah ia di sebuah gubug. Di gubug itu tinggal seorang gadis yang cantik. Gadis itu mengajak Tongtonge beristirahat, dengan maksud ditawari makan nangka oleh Tongtonge. Akan tetapi, Tongtonge tidak bermaksud memakan buah nangka itu. Buah nangka itu untuk ibunya. Tongtonge menitipkan nangkanya kepada gadis itu, sementara ia mandi. Gadis itu tidak dapat menahan seleranya. Nangka itu pun dikupas dan dimakannya.
Sekembalinya dari kali, Tongtonge sangat kecewa karena nangka itu telah dimakan oleh sang gadis. Ia pun berkata dalam hati, “Diriku memang sial, bubu disimpan dekat pagar, bubu dimakan anai-anai, anai-anai dimakan ayam, ayam mati tertimpa alu, alu patah oleh sapi, sapi mati tertimpa nangka, nangka dimakan gadis, maka gadis inilah yang saya ambil.”
Tongtonge kemudian menyiapkan dua buah keranjang. Keranjang yang satu untuk sang gadis, yang satu diisi batu agar seimbang.
Tongtonge melanjutkan perjalanan menuju kampung halamannya dengan memikul seorang gadis cantik. Di tengah jalan ia berhenti mau buang air besar. Gadis di keranjang berkata, “Tongtonge, kalau mau buang air besar jauh-jauhlah dari sini. Cari sungai, kalau di dekat sini, nanti saya bisa pingsan mencium kotoranmu.” Tongtonge pun pergi mencari kali untuk buang air besar. Sementara itu, si gadis turun dari keranjang, lalu mencari batang kayu dan batu ditaruh di keranjang mengganti dirinya. Lalu, ia lari kembali ke kampungnya. Sementara itu, Tongtonge telah kembali.
Tanpa periksa, segeralah ia mengangkat keranjang itu. Dengan semangat yang menyala, ia ingin segera menyampaikan berita gembira kepada ibunya, bahwa ia telah membawa gadis cantik calon istrinya.
Tidak terasa kampungnya semakin dekat. Rumahnya mulai tampak. Ia bergegas, semakin dekat, walaupun penuh keringat. Dengan tidak sabar ia memanggil ibunya, “Ibu! Ibu! Calon menantu ibu telah datang!”
Mendengar suara Tongtonge, ia menyahut dari dalam, “Kalau batu dan batang taruh saja di bawah kolong rumah.” Sambil berkata demikian, ibunya membuka pintu. “Apa yang kau bawa ini Tongtonge?” tanya ibunya. “Ini calon menantu Ibu,” jawab Tongtonge sambil menunjuk salah satu keranjang.

Cerita Motivasi




Bekerjalah Dengan Cinta

Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.

Wanita itu memang tidak terlalu rentan, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?

* * *

Selalu…

Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.

Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.


Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.

Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.

Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.

Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.

Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.

Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.

Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.

Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung…

Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a’lamu bish-shawaab.
-Abu Aufa-

Catatan:
- Kokusai kouryuu kaikan: International House
- Obachan: wanita berumur, setengah tua
- Ojichan: pria berumur, setengah tua

cerita lucu



Cerita Lucu 

Cerita lucu kali ini masih seputar cerpen singkat khas humor segar yang banyak di lontarkan pengguna internet yang kerap mengocok perut kita. Sangat bagus menjadi bahan obrolan untuk mencairkan suasana ketika bercengkrama dengan teman apalagi sama pacar :). 


Di depan gerbang surga, banyak manusia yg mengantri untuk diadili oleh Tuhan..
Sambil mengantri, manusia yg baru pertama kali ke depan gerbang surga itu pun takjub, melihat di tembok gerbang surga terdapat JAM dan label negara-negara di dunia..
Tapi ada yg aneh dari jam tersebut, setiap negara mempunyai kecepatan putaran yg berbeda dengan jam negara lainnya.. Melihat hal yg unik itu, salah seorang dari mereka bertanya,
Orang Filipina : "Malaikat, knapa tuh kok jamnya beda-beda muternya?"
Malaikat : "Oh kecepatan putaran itu bedasarkan tingkat korupsi negara anda, semakin cepat berarti semakin besar tingkat korupsi di negara anda"
Orang Filipina : "Ooohhh begitu... (sambil berbisik ke yg lain) emang bener kata orang, si Estrada korupnya gila-gilaan.. Tuh jam jadi bukti.."
Orang Thailand : "Wah brengsek ! Ternyata Somchai Wongsawat juga korupsi ! Pantes negara gue miskin!!"
Orang Singapore : "Hahahah jam negara gw Slow bgt tuh..Kebukti negara gw bersih dari yg namanya Korupsi... Hahahaha"
Orang Indonesia : (melihat sekeliling, ga menemukan jam negaranya). Lalu dia pun bertanya, "Malaikat, kenapa jam negara saya ga adaaaa ???? Saya tdk melihat adanya jam negara sayaaa..."
Malaikat : "Maaf, anda dari negara mana?"
Orang Indonesia : "Indonesia"
Malaikat : "Sebelumnya saya minta maaf atas ketidaksopanan ini. Coba lihat kesana.. Jam negara Anda kami pakai sebagai kipas angin.."
=================================================================
Pada suatu hari ada dua orang sahabat yang sedang berbincang-bincang
Koko : "Di, tau ga cara biar telur jadi nanas?"
Didi : "Mana mungkin telur bisa jadi nanas?"
Koko : "Bisa koq, mau tau caranya? Sini ikut aku.."
Kemudian mereka ke dapur dan merebus telur itu hingga panas. Kemudian Koko mengambil telur itu dan diletakan di mangkuk.
Koko : "Sini ikut aku."
Mereka berdua pun ke kamar adik Koko.
Koko : "Dik, coba tadahkan tanganmu." (setelah ditadahkan kemudian diletakan di tangan adiknya)
Adik : "Nanaaaaaasss..............Nanaaaaaaaaaassssss ssss !!!!"
Koko : "Tuh kan telurnya jadi nanas.."
=================================================================
Seorang wanita di toko berlian,Terkentut pas membungkuk melihat sebuah cincin berlian yang indah.
Dia liat sekitar, malu bgt, tp gk da orang,eh gk taunya penjualnya lagi berdiri di belakangnya.
"selamat siang bu,ada yg bisa sya bantu?"
............
... Berharap,si penjual gk denger apa yg trjadi tadi.
"Mas,harga cincin yg bermata ini brapa ya?"
"Bu,hanya dengan melihat cincin ini aja ibu uda terkentut,
mungkin kalo saya sebutkan harganya bisa jadi ibu eeq di sini"...
=================================================================
Pesan Nasi Goreng
Ada sepasang kekasiih masuk ke warung nasi goreng. Lalu datang pelayan mau menanyakan pesanan mereka. Kemudian si pria memesan,

"Bang pesan nasi goreng 2. Yang satu pedas, yang satu jangan pedas. Kalo yang pedas nasinya sedikit saja. Yang tidak pedas, nasinya agak banyakan. Yang nasinya banyak, pake kol tapi jangan terlalu banyak. Yang nasinya sedikit, pake kol agak banyak. Yang kol nya sedikit, pake telor mata sapi. Yang kol nya banyak, pake telor dadar aja. Yang pedas, ayamnya pake tulang ya bang, terus yang nasinya banyak, ga usah pake tulang, tapi kulit ayamnya kasih banyak. Yang pake telor mata sapi, jangan pake kerupuk. Terus yang pedas pake kerupuk. Satu lagi mas, jangan lama-lama ya...."

Kemudian si pelayan masuk terus bilang sama koki, " MEJA NO 5 PESAN 2 PIRING NASI GORENG, MASING-MASING PAKE CABE 50 BIJI !!!! "
=================================================================
Alkisah pada suatu kesempatan, setiap perwakilan dari negara mempunyai kesempatan untuk bertanya kepada seorang malaikat tentang nasib olahraga sepakbola di negaranya.
Jepang bertanya kepada malaikat..Kapan Jepang menang piala dunia?
Malaikat menjawab...50 Tahun lagi.. Jepang pun menangis..
Korea,Francis bertanya juga,jawaban malaikat tetap sama dan mereka pun menangis..
INDONESIA bertanya kepada malaikat kapan INDONESIA menang piala
dunia..
Dan Malaikat yg menangis..

sekian dulu deh cerita lucunya semoga bisa menghibur, dan akan terus di update bila ada cerita lucu lainnya.

cerita kocak



Cerita Kocak 

Nama Jalan Terpanjang di Bali
Seorang bule di Bali lagi jalan-jalan untuk menghafal nama-nama jalan. Setelah capek dia istirahat dan berkata kepada pemandu wisatanya,
Bule: “Saya heran dengan orang Indonesia apakah bisa menghafal nama jalan yang begitu panjang?”
Pemandu: “Misalnya?”
Bule: “Jalan pelan-pelan banyak anak kecil”
Kalau Minum Obatnya Sekaligus Bisa Pindah Kamar
Seorang pasien bertanya pada dokternya…
Pasien : “Dok, bagaimana kesehatan saya…??”
Dokter : “Kamu akan segera pulih, dengan minum obat yang teratur, obatnya habis kan cepat sembuhnya.”
Pasien : “Gimana kalau saya minum obatnya sekaligus dok?”
Dokter : “Nggak masalah, paling kamu cuma akan pindah kamar.”
Pasien : “Berarti saya sembuh dok???”
Dokter : “Nggak, cuma akan pindah ke kamar mayat!”
Teladan Profesor Buat Mahasiswanya
Pada suatu hari, di suatu kampus, ketika kuliah sedang berlangsung. Seorang profesor sedangmenjelaskan bahan kuliah dan tiba-tiba ia mendengar suara ketukan di pintu.
Mahasiswa: “Permisi, Prof.”
Profesor : “Tidak tahu aturan! Kuliah sudah berjalan satu jam baru datang!”
Mahasiswa: “Maaf, Prof. Saya kira hari ini Bapak Profesor terlambat satu jam seperti biasanya.”
Profesor : “Ya sudah, masuk!”
Mahasiswa gak Niat Belajar

Malam menjelang ujian, seorang mahasiswa melempar undi dengan koin.
dalam hatinya berkata.. “Kalau muncul gambar, gw akan tidur; kalau angka, gw akan Facebookan.”
Kalau koin ini bisa berdiri, baru gw belajar…”